Wakil
Presiden Amerika Serikat (Wapres AS) Mike Pence mengatakan akan segera merealisasikan
rencana pemindahan kedutaan besar Amerika dari kota Tel Aviv ke tanah suci Yerusalem
tahun 2019 mendatang. Pernyataan inipun disambut tepuk tangan meriah oleh anggota parlemen Israel di Knesset pada Senin, 22 Januari 2018 kemarin.
“Amerika berdiri
bersama Israel. Kami berdiri bersama Israel karena tujuan kalian adalah tujuan kami.
Nilai-nilai kalian adalah nilai-nilai kami, dan perjuangan kalian adalah perjuangan
kami. Kami berdiri dengan Israel karena kami percaya pada kebenaran di atas kesalahan,
dan kebaikan di atas kejahatan dan kebebasan di atas tirani,” ucap Mike,
seperti dikutip dari Malaysiandigest.com, Selasa (23/1).
Keputusan untuk mempercepat rencana ini dinilai akan memudahkan untuk memukul mundur Palestina untuk melepas Yerusalem Timur yang diklaim sebagai ibu kota negaranya di masa depan.
Baca Juga : Donald Trump Akui Yerusalem Ibu Kota Israel, Penginjil Kristen Ini Yakin Akhir Zaman Sudah Dekat
Sebagaimana
kita tahu, kontroversi dari klaim sepihak Presiden AS Donald Trump soal Yerusalem
beberapa waktu lalu semakin membuat Amerika dan Israel jadi bahan olokan dunia Internasional.
Meskipun telah didesak untuk mencabut pernyataannya, namun Trump tetap kokoh membantu Israel merebut kembali kota suci Yerusalem.
Tak lama setelah meluncurkan ucapan tersebut, Departemen Luar Negeri Amerika sudah mulai mencari lokasi yang tepat untuk membangun kedutaan besarnya di Yerusalem. Hampir semua negara yang menjalin hubungan diplomatis dengan Israel memang menyatakan dukungan yang sama supaya Israel dan Palestina bernegosiasi soal hak kepemilikan Yerusalem.
Baca Juga : Diakui Sebagai Ibukota, Umat Kristen di Yerusalem Percaya ini Adalah Penggenapan Nubuatan
Sementara Sekretaris
Negara AS Rex Tillerson menyampaikan bahwa kemungkinan pembangunan kedubes ini
bisa memakan waktu beberapa tahun. Karena akan banyak persyaratan keamanan yang
wajib dipenuhi untuk mencegah peristiwa serangan bom di kedubes AS di Kenya dan
Tanzania tahun 1998 silam. Bangunan kedutaan bahkan harus berdiri setinggi 100 kaki dari jalan untuk melindungi serangan bom.
“Sekretaris
dan Wakil Presiden AS sependapat soal pentingnya masalah keamanan ini. Saya tidak
akan menyampaikan tentang elemen-elemen keamanan apa yang akan dilewati,” ucap Steven
Goldstein, Wakil Menteri Luar Negeri untuk Diplomasi Publik dan Humas.
Sebelum rencana
ini dijalankan, pemerintah sudah mendiskusikan secara mendalam soal apakah akan
membangun kedubes yang baru dan memakan waktu dan biaya yang mahal atau justru menggunakan
gedung konsulat yang ada di Yerusalem untuk sementara waktu.